Kepatuhan Terhadap PSBB dan Kadar Ketakwaan Seorang Muslim

by -121 views
Dr. H. Abdul Wahid, MA

Oleh: Dr. H. Abdul Wahid, MA
(Dosen dan Muballigh Makassar)

Infolain.com – Makassar, Sejak pertama kali diberlakukan PSBB di berbagai wilayah di Indonesia termasuk di kota Makassar, sering menyisakan sikap abai dan berujung pada pelanggaran yang dilakukan oleh sebagian masyarakat terhadap larangan-larangan semasa PSBB. Hal ini tentu sangat disayangkan sebab, akan mengakibatkan tujuan dari PSBB tidak tercapai dengan baik. PSBB yang diterapkan pemerintah menghendaki adanya pembatasan pergerakan masyarakat berskala besar di luar rumah, kecuali mereka yang memiliki tugas dan kepentingan yang sangat emergency. Namun terlepas dari berbagai alasan yang dikemukakan oleh mereka yang abai terhadap penerapan PSBB ini, akan tetapi bukankah penerapan PSBB adalah di sini kita bisa lihat keseriusan pemerintah dalam memutus rantai penyebaran virus Covid-19 di kota daeng.

Sikap abai atau ketidak patuhan sebagian masyarakat kota Makassar terhadap pemberlakuan PSBB, membuat keprihatinan kita semua, dan dapat menjadikan pemberlakuan PSBB ini tidak maksimal, namun hal ini terjadi menurut hemat saya paling tidak disebabkan karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat terhadap dampak yang akan ditimbulkan dari perbuatan mereka tersebut terutama di kalangan remaja, untuk itu di sinilah pentingnya peran pemerintah kota melalui tim gugus penanggulangan Covid-19 wilayah Makassar untuk tidak bosan-bosan melakukan sosialisasi, edukasi dan pendampingan ke masyarakat agar mereka memiliki pemahaman yang baik terhadap bahaya yang akan ditimbulkan jika berkerumun dengan banyak orang di tengah penyebaran wabah virus saat ini.

Hampir semua ibadah yang dilakukan seorang Muslim ending dari ibadah tersebut adalah agar dapat mengantarkan manusia menjadi orang-orang yang bertakwa. Hal ini kemudian muncul pertanyaan, apa hakikat dan subtansi dari takwa tersebut?

Dilihat dari asal katanya, takwa berasal dari bahasa Arab dari kata waqa-yaqi-wiqayah yang berarti “memelihara, atau menjaga”. Dalam konteks inilah kemudian bisa dimaknai bahwa orang yang bertakwa adalah mereka yang mampu menjaga nilai-nilai kebaikan yang ada pada dirinya, dan sekaligus mampu memelihara diri dan lingkungannya agar tidak terjerumus pada kemungkaran dan pelanggaran yang bertentangan dengan nilai-nilai kebaikan tersebut. Demikianlah mengapa puasa diwajibkan oleh Allah kepada umat Islam, tujuannya agar dapat menjadikan manusia tersebut menjadi pribadi yang bertakwa (QS. al-Baqarah:183).

Takwa merupakan prestasi tertinggi yang dicapai oleh seorang mukmin dalam penghambaannya kepada Sang Khaliq, “Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu”. (QS Al-Hujurat: 13). Spirit dari takwa akan melahirkan pribadi yang taat dan patuh pada hukum Allah, maupun yang sejalan dengan hukum Allah seperti yang telah diputuskan oleh pemerintah untuk kemaslahatan orang banyak.

Diceritakan dalam salah satu hadis Nabi Saw, suatu hari beliau berpesan kepada salah seorang sahabat “bertakwalah engkau kepada Allah di mana pun engkau berada”. (HR. At-Tirmidzi). Pesan moral yang terkandung dalam hadis ini adalah “jagalah dirimu agar tidak terjerumus pada keburukan dan pelanggaran di mana pun engkau berada, sebab Allah Swt. senantiasa menyaksikan dan mendengar apa yang engkau lakukan. Diantara karakter orang yang bertakwa jika kita lihat dalam al-Qur’an misalnya pada QS. ali Imran ayat 133-134 yakni:

Pertama, orang yang bertakwa adalah mereka yang segera untuk meminta ampun atas segala dosa yang telah diperbuatnya kepada Allah Swt. konteks ini adalah bagian dari kesalehan individual yang harus dimiliki setiap muslim. Kesalehan individual dalam istilah lain disebut sebagai kesalehan ritual, yakni sebuah upaya seorang muslim untuk menjaga ibadahnya langsung berhubungan dengan Allah seperti shalat, puasa, haji dan lain sebagainya. Hal ini lahir dari sebuah kesadaran bahwa orang yang terbaik adalah bukan mereka yang tidak pernah melakukan kesalahan, namun sebaliknya mereka yang pernah bergelimang dosa kemudian memohon ampun kepada Allah Swt.

Kedua, Orang yang bertakwa adalah mereka yang memiliki kepekaan sosial apa lagi saat ini begitu banyak masyarakat kita yang terdampak dengan penyebaran Covid-19, sehingga mereka sulit untuk memenuhi kebutuhan pokoknya sehari-hari, karenanya membutuhkan uluran tangan dari pemerintah dan mereka yang memiliki kesanggupan lebih dalam masalah ekonomi. Memberikan bantuan sosial ketika kita dalam keadaan lapang adalah sesuatu yang baik, dan lebih mulia lagi ketika kita mampu memberi bantuan pada saat kita sedang sempit. “Harta yang kalian keluarkan di jalan Allah tidak akan berkurang, namun ia akan bertambah-bertambah dan bertambah”. (HR. Muslim).

Ketiga, Orang yang bertakwa adalah mereka yang mampu menahan amarahnya dalam kehidupan sehari-hari. Di tengah begitu luasnya dampak yang ditimbulkan oleh Covid-19 ini, kemudian kadang kala memancing amarah atau emosi bagi sebagian masyarakat, terutama dalam merespon pemberlakuan PSBB di kota Makassar, hal ini tentu harus dilihat dan disikapi secara bijak agar tidak menimbulkan persoalan baru. Sikap amarah dimana suatu kondisi batin yang tidak rela menerima realitas sosialnya, untuk itu jauh sebelumnya Nabi Saw. berpesan “Orang yang kuat bukanlah mereka yang memiliki tubuh kekar, namun mereka yang mampu mengendalikan amarahnya”. (HR. Bukhari).

Keempat, Karakter orang yang bertakwa adalah mereka yang senantiasa berbuat kebajikan kepada sesama. Kebajikan salah satu indikatornya adalah berusaha untuk tidak membuat diri dan orang lain jatuh pada kondisi yang membahayakan, baik secara fisik maupun non fisik. Konteks ini jika dihubungkan dengan kepatuhan kita terhadap pemberlakuan PSBB, maka hal ini adalah bagian dari takaran ketakwaan kita kepada Allah Swt. terlebih lagi hukum taat kepada Allah, rasulNya dan pememimpin merupakan tuntutan dari agama (QS. an Nisa’: 63).

Dengan kata lain, kurangnya kepedulian terhadap bahaya yang akan ditimbulkan kepada orang lain termasuk dalam masalah penyebaran virus Covid-19, maka kontra produktif dengan karakter ketakwaan seorang Muslim. Oleh karena esensi dari nilai takwa adalah kemampuan seorang Muslim untuk mampu memadukan kesalehan individualnya dan kesalehan sosialnya sebagaimana pesan al-Qur’an “Mereka akan ditimpa kehinaan dimanapun kalian berada kecuali kalian mampu menjaga hubungan dengan Allah dan hubungan dengan sesama…” (QS. al-‘Araf: 112).
Berhasil atau tidaknya PSBB di kota Makassar adalah sangat ditentukan oleh konsistensi dan partisipasi masyarakat dalam mematuhi aturan PSBB tersebut. Pemerintah kota bersama tim penaggulangan Covid-19 termasuk di dalamnya jajaran Polda Sulawesi Selatan akan sangat terbantu dalam menjalankan tugasnya dalam memutus mata rantai penyebaran virus ini di kota Makassar, jika masyarakat sendiri memiliki kesadaran akan tujuan diberlakukannya PSBB di kota Makassar, sehingga mereka tetap tinggal di rumah, menjaga kebersihan diri dan lingkungannya masing-masing serta tidak lupa memperbanyak do’a kepada Allah, agar bangsa kita bahkan dunia segera terbebas dari wabah virus Covid-19.(*)

@Humas Polres Takalar,

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *