Oleh: DR. Abdul Wahid, MA
(Akademisi & Muballigh Makassar)
Infolain.com – Peristiwa Isra Mi’raj adalah sebuah peristiwa sejarah empat belas abad silam yang dialami langsung oleh Nabi Muhammmad saw. kehadirannya telah membuat logika manusia bekerja keras untuk dapat menerimanya, sebab peristiwa tersebut sangat sulit diterima oleh akal sehat manusia saat itu hingga sekarang. Betapa tidak jarak antara Makkah dan Palestina kurang lebih 1500 km, secara logika jika benar Nabi saw. melakukan perjalanan dari Makkah ke Palestina pulang pergi minimal membutuhkan waktu 80 puluh hari apa lagi alat transportasi kala itu yang paling canggih adalah unta, belum lagi waktu yang dibutuhkan dalam perjalanan tersebut dari Palestina menuju langit ketujuh yang sangat jauh. (QS. al Isra’:1).
Peristiwa Isra Mi’raj terjadi pada bulan Rajab menurut sebagian pandangan para ulama, diawali dengan musibah menimpa Nabi saw. yakni dimana Istri beliau bernama Siti Hadijah dan pamannya bernama Abu Thalib wafat, keduanya merupakan orang yang sangat dekat dan dicintai oleh Nabi saw. sehingga kepergian keduanya kemudian membuat Nabi mengalami guncangan batin yang amat luar biasa, sebab kedua orang yang wafat tersebut diketahui sebagai orang yang sangat beliau cintai dan sangat besar kontribusinya dalam perjalanan dakwah beliau di Makkah selama ini. Namun demikian akhirnya Allah swt. mengutus malaikat Jibril untuk menjemput dan mendampingi Nabi saw. dalam perjalanan Isra Mi’raj, sebagai bentuk hiburan bagi Nabi saw. di tengah musibah yang menimpanya.
Jika peristiwa musibah yang dialami Nabi saw. empat belas abad yang silam kita hubungkan dengan kondisi kekinian, dimana dunia sedang ditimpa musibah yang sangat besar bertepatan dengan bulan Rajab, dalam bentuk pandemik global penyebaran virus covid 19, maka sejatinya sikap kita sebagai seorang Muslim khususnya di Indonesia adalah tidak boleh terlalu larut sedih, atau takut secara berlebihan dalam menghadapi massifnya penyebaran virus mematikan ini, sebab yakinlah setelah musibah ini berlalu Allah swt. akan hibur kita sebagai hambaNya yang beriman dengan sesuatu yang di luar dugaan kita semua sebagaimana yang pernah dialami oleh Nabi saw. Konteks inilah yang pernah disebutkan oleh al-Qur’an, “_Boleh jadi ada sesuatu yang menurutmu baik tapi justru tidak baik bagi Allah untuk kamu, dan boleh jadi ada sesuatu yang menurutmu tidak baik, tapi itulah yang terbaik bagi Allah untuk kamu. Dan sesungguhnya Allah lebih mengetahui, sementara kalian tidak ketahui_”. (QS. al-Baqarah: 216).
Penyebaran virus covid 19 di Indonesia khususnya tidak mengenal usia, agama dan latar belakang. Akibatnya sangat dahsyat dan mematikan tak heran jika WHO telah mengumumkan bahwa fenomena covid 19 ini merupakan pandemik global yang harus diwaspadai oleh seluruh dunia, terutama negara-negara yang sudah terbukti ada penyebaran virus ini termasuk Indonesia.
Oleh karena itu, dalam menghadapi musibah penyebaran covid 19 ini, sebagai seorang Muslim, tidak hanya butuh semangat tawakkal, sebab kedudukan tawakkal dalam Islam justru harus diposisikan pada tempat yang tepat yakni tawakkal yang diawali dengan ikhtiar secara maksimal, demikian seruan al-Qur’an “_Wahai orang yang beriman jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolong kalian…_”(QS. al-Baqarah: 153).
Kata sabar dalam ayat ini lebih dahulu disebut dibanding shalat, hal ini bermakna sabar dalam ayat ini adalah ikhtiar dan makna shalat adalah do’a dan tawakkal. Artinya dahulukan ikhtiar secara maksimal baru berdo’a dan tawakkal. Dengan demikian dalam konteks menghadapi penyebaran covid 19 saat ini, sebagai seorang Muslim wajib hukumnya untuk memaksimalkan ikhtiar, dalam bentuk mematuhi himbauan dari pemerintah, berusaha semaksimal mungkin untuk menghindari tempat-tempat keramaian dan kerumunan massa yang sangat berpotensi terjadinya penyebaran virus ini, selalu menjaga kebersihan diri, dan lingkungan, menerapkan pola hidup yang sehat, dan mengkonsumsi makanan yang baik dan berkualitas agar dapat meningkatkan imunitas (kekebalan tubuh) kita yang dalam bahasa agama disebut “halalan thoyyiba”. Selanjutnya baru diikuti dengan do’a dan tawakkal kepada Allah swt. demikian yang diajarkan oleh Nabi saw.
Memposisikan tawakkal dan ikhtiar di tempat yang tidak tepat adalah sebuah kecerobohan dan kezaliman, untuk itu agama mengajarkan kepada umatnya agar mendudukan segala sesuatu dengan adil (tepat) dan bertanya tentang sesuatu pada ahlinya.
Akhirnya kita berharap semoga spirit peristiwa Isra Mi’raj yang pernah dialami oleh Nabi saw. empat belas abad yang silam dapat kita jadikan sebagai inspirasi dalam menghadapi musibah penyebaran virus covid 19 saat ini, dengan satu keyakinan dibalik musibah pasti ada hikmah yang tersembunyi di dalamnya dan dibalik kesukaran pasti ada kemudahan menyertainya, seraya berharap semoga Allah swt. segera menghilangkan musibah ini dari bangsa kita.