Oleh: DR. H. Abdul Wahid, MA
(Muballigh dan Akademisi Makassar)
Infolain.com – Secara sunnatullah Indonesia adalah negara yang majemuk baik dari segi suku, agama, ras, etnik dan lain sebagainya. Tujuan dijadikan keragaman ini oleh Allah swt, agar manusia saling mengenal dan melengkapi satu sama lain, demikin disebutkan oleh al-Qur’an surah al-Hujurat: 13.
Oleh karena itu untuk menjaga dan merawat keragaman ini bukanlah hal yang mudah. Keragaman dalam suatu negara jika tidak tepat cara yang digunakan untuk merawatnya akan sangat berpotensi memicu terjadinya gesekan dan gangguan kamtibmas di lapangan, dalam konteks inilah kehadiran aparat keamanan khususnya Polri sangat dibutuhkan oleh negara dan masyarakat. Polri dan masyarakat adalah saling membutuhkan (simbiosis mutualita), karena tanpa adanya Polri, maka keamanan di masyarakat sulit dijamin bisa terwujud.
Polri yang dibutuhkan saat ini oleh masyarakat adalah tidak hanya mereka yang profesional dalam bidang teknis, seperti menguasai senjata, hafal undang-undang dan lain sebagainya akan tetapi lebih dari itu Polri yang memiliki karakter moral yang baik. Karakter ini sangat mungkin dapat terwujud manakala jajaran anggota Polri memiliki tingkat religiusitas atau pemahaman dan pengamalan nilai-nilai agama yang baik dan konsisten khususnya saat berhadapan dengan masyarakat.
Pasca reformasi Polri sudah banyak berubah dari yang tadinya terkesan ada jarak dengan masyarakat, kini telah hadir Polri yang humanis dan religius. Dari jumlah kurang lebih empat ratus ribu anggota Polri di seluruh Indonesia, banyak anggota Polri yang saat ini memiliki tingkat religiusitas di atas rata-rata, artinya banyak anggota Polri saat ini menjadi pengajar dan penghafal al-Qur’an dan lain sebagainya.
Perubahan ini merupakan sunnah (kejadian yang senantiasa berlangsung) menimpa setiap mahluk termasuk anggota Polri. Perubahan bisa berlangsung terbawa oleh proses alamiah seperti karena kondisi sosial, politik, lingkungan, dinamika internal, atau karena pengaruh dari luar, yang jelas kondisi ini kemudian membuat gaya (style) Polri kian berubah, terutama pada masalah keagamaan.
Saat ini banyak anggota Polri di Indonesia yang tidak lagi menghabiskan uangnya untuk jalan-jalan ke luar negeri, seperti ke Asia, Eropa dan lain sebagainya tapi justru mereka berlomba-lomba untuk dapat mengunjungi tanah suci Makkah dan Madinah, mereka ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT. hal ini misalnya yang dilakukan oleh salah seorang anggota Polri bernama Mamat Rahmat, yang saat ini menjabat sebagai Kasat Lantas Polres Pangkep di wilayah hukum Polda Sulawesi Selatan yang bersama dengan penulis menunaikan ibadah umroh sejak tanggal 22 Februari 2020 lalu.
Menurut Mamat begitu ia disapa tujuannya ke tanah suci adalah sebagai sarana untuk mengobati rasa rindunya yang selama ini terpendam terhadap Baitullah dan Rasulullah saw. Dan juga sebagai upaya untuk mendekatkan diri kepada Sang Khaliq, sebab lanjut Mamat, tidak ada yang bisa dibanggakan di dunia ini, seperti pabgkat, jabatan karena suatu saat kita semua akan kembali kepada Sang Pencipta melaui pintu kematian.
Konteks ini kemudian semakin meyakinkan penulis bahwa secara umum Polri telah berubah, potret Polri kini lebih humanis, dan religius. Perubahan ini tentu tidak terjadi begitu saja, disamping bagian dari hidayah Allah juga, efek dari pembinaan yang selama ini dilakukan oleh Polda Sulsel kepada jajarannya, yang terus berkesinambungan, menghadirkan para penceramah ke Polda Sulsel mulai hari Senin hingga Kamis, yang kesemuanya ini bertujuan agar para anggota Polri khususnya di Polda Sulsel memiliki kecerdasan intelektual, moral dan spritual yang baik, dan dapat dipraktikkan dalam menjalankan tugas sehari-hari di masyarakat sebagai anggota Polri.
Untuk itu, sebagai masyarakat berharap ke depan personil Polri di seluruh Indonesia pada umumnya dan Polda Sulsel khususnya, terus melakukan pembenahan dan pembinaan di internal mereka, demi mewujudkan polisi yang promoter, humanis dan religius.