Menguji Moralitas Polri Diera Globalisasi

by -150 views

Oleh:
DR. H. Abdul Wahid, MA.
(Dosen & Muballigh Makassar)

Infolain.com – Di mata dunia internasional sejak dulu bangsa Indonesia telah dikenal sebagai masyarakat yang bermoral, menjunjung tinggi nilai-nilai budaya dan agama, hormat kepada orang yang lebih tua dan ramah kepada tamu. Hal ini diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari yang dimana masyarakat Indonesia senantiasa memposisikan budaya dan agama sebagai patron dalam kehidupan mereka, tanpa memperdulikan latar belakang suku, pekerjaan dan lain sebagainya.

Untuk itu, masalah “moral atau akhlak” bagi bangsa Indonesia tidak hanya disandingkan kepada kelompok atau institusi tertentu, akan tetapi menjadi ciri khas atau karakter dari bangsa Indonesia secara umum dan telah ada sejak dulu hingga saat ini harus dijaga dan dipertahankan.

Namun demikian seiring dengan adanya pengaruh dunia globalisasi, masalah moralitas dan akhlak bagi bangsa indonesia sedng “berperang dengan dunia global”, peperangan ini akan berujung pada apakah globalisasi yang identik dengan kebebasan tanpa nilai akan bisa mengalahkan kultur kita sebagai sebuah bangsa yang beradab, akan kalah begitu saja?, tentu kita tidak mau demikian, karenanya globalisasi harus tetap disikapi dengan bijak dan cerdas, agar tidak merusak tatatan kultur yang kita telah kita bangun selama ini.

Pasca berakhirnya rezim orde baru kemudikan dilanjutkan ke era reformasi bangsa Indonesia telah mengalami banyak perubahan termasuk di dalamnya adalah institusi Polri. Pada era orde baru Polri adalah bagian dari satuan ABRI, namun kini Polri telah terpisah dari TNI khususnya dalam menjalankan tugas kenegaraan. Sesuai amanat undang-undang, TNI lebih diproyeksikan untuk menjaga kedaulatan NKRI dan ancaman dari luar, selanjutnya Polri diarahkan untuk menjaga stabilitas dalam negeri, termasuk di dalamnya melakukan penegakan hukum.

Polri sebagai salah satu intitusi yang paling sering bersentuhan langsung dengan masyarakat, maka tak heran jika masyarakat sangat konsen dan serius dalam memberikan penilaian dan menyorot sepak terjang dari Polri. Sorotan ini tentu dalam rangka sebagai bagian dari kontrol masyarakat kepada Polri dan sekaligus sebagai wujud cinta masyarakat kepada institusi Polri. Dalam berbagai kasus masyarakat masih sangat menggantungkan harapan mereka kepada Polri, terutama dalam menjaga kamtibmas di lingkungan mereka masing-masing.

Salah satu hal yang sering menjadi sorotan serius dari masyarakat ke institusi Polri adalah masalah moralitas dari anggota Polri itu sendiri. Di lapangan tak dapat dipungkiri masih ada sebahagian kecil oknum anggota Polri yang melakukan tindakan pelanggaran nilai-nilai moral, tapi tentu ini tidak mewakili keseluruhan dari ratusan ribu anggota Polri di Indonesia, kita sangat yakin saat ini masih banyak anggota Polri yang menjalankan tugasnya dengan baik dan memiliki moralitas yang baik.

Terlepas dari itu, semua Polri sadar betul akan pentingnya masalah moralitas bagi anggotanya, sebab Polri yang promoter tidak hanya berorientasi pada hal-hal yang bersifat fisik, seperti kemampuan dalam bidang IT, senjata dan lain sebagainya, tapi lebih dari itu harus didukung oleh kemampuan berkomunikasi dengan baik kepada masyarakat, dan komunikasi ini akan bisa maksimal jika didasari oleh moralitas dan ketulusan dari setiap anggota polri di lapangan terutama para babinkamtibmas, satuan lalu lintas dan lain-lain.

Berkomunikasi yang baik dalam perspektif al-Qur’an adalah salah satu metode yang telah dipraktikkan oleh Nabi saw. Empat belas abad yang silam, sehingga al-Qur’an jauh-jauh sebelumnya telah berpesan akan pentingnya moralitas dalam berkomunikasi,” jika sekiranya kalian bersikap keras dan kasar, niscaya mereka akan menjauh dari kalian” (QS. Ali Imran: 159).

Dalam kasus yang Nabi saw. mencontohkan akhlak (moralitas yang baik) “Diriwayatkan dari Abu Hurairah berkata, “Ada seorang ‘Arab badui berdiri dan kencing di masjid, lalu orang-orang ingin mengusirnya. Maka Nabi saw. pun bersabda kepada mereka: “Biarkanlah dia dan siramlah bekas kencingnya dengan setimba air, atau dengan seember air, sesungguhnya kalian diutus untuk memberi kemudahan dan tidak diutus untuk membuat kesulitan” (HR. Bukhari dan Muslim).

Sikap yang keras dan berkata-kata kasar adalah cermin dari moralitas yang tidak baik, dan akan berdampak pada sikap antipati orang lain kepada kita. Sebailiknya sikap atau akhlak yang baik akan mencerminkan kualitas diri kita dan membuat orang disekitar kita akan simpatik. Kesadaran akan pentingnya hal ini, jajaran Polri telah banyak melakukan pembekalan dan pembinaan kepada anggota di bawahnya khususnya di Polda Sulsel, pembekalan dan pembinaan mental ini secara kontinu dilakukan hampir setiap hari, sebut saja misalnya mulai hari senin-jumat setiap selesai shalat zuhur berjamaah di masjid Syuhada 45 Polda Sulsel, selalu dilanjutkan dengan pemberian ceramah agama dari para ustadz secara bergiliran yang  sengaja dijadwal oleh pengurus masjid setempat. Mungkin tidak banyak Polda lain yang melakukan seperti ini. Untuk itu kita berharap apa yang dilakukan oleh Polda Sulsel dalam memberikan pembinaan mental dan moral kepada jajarannya akan menjadi sampel (contoh) bagi Polda-Polda lain di Indonesia dan mereka juga bisa lakukan hal yang sama.

Infolain.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *